Salam Belajar berjuang dan
Bertaqwa.............
IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul
Ulama) sudah berdiri sejak tahun 1954. Berarti, organisasi ini sudah 62 tahun
eksis mewarnai pelajar dan santri di negeri ini. Namun, apakah
kader sudah cukup banyak yang tahu tentang proses perjalanan dan perjuangan
dalam rentang waktu sepanjang itu? Mari kita kilas balik sejarah IPNU sejak
berdirinya hingga sekarang. Semoga dengan mengetahui sejarahnya lebih dalam,
rasa kecintaan kita semakin kental.
24 Pebruari 1954/20 Jumadil Akhir 1373 H (Semarang)
– Pendirian IPNU dimotori oleh M Sufjan Cholil (Jombang), H. Mustahal (Solo),
dan Abdul Ghoni Farida (Semarang). Selanjutnya di sebut Assabiqunal Awwalun
(Sebutan Untuk 3 Perintis IPNU). Perintisan IPNU ini dilakukan pada Konbes
LP Ma’arif NU.
30 April-1 Mei 1954 (Solo)
– Mengadakan Konferensi Segi Lima di Solo yang diikuti Yogyakarta,
Semarang, Solo, Jombang, dan Kediri. Menghasilkan keputusan penting yakni bahwa
organisasi berasaskan ahlussunah wal jamaah dan menunjuk M. Tholhah
Mansoer sebagai ketua IPNU yang pertamaserta menetapkan Yogyakarta
sebagai kantor pusat. Selain itu, juga memutuskan anggota IPNu hanya
putra.
9 – 14 September 1954 (Surabaya)
– IPNU mendapat pengakuan resmi sebagai bagian dari NU di Muktamar ke 20 Nu di
Surabaya. Delegasi PP IPNU terdiri dari M. Sofyan Kholil, M. Najib
Abdulwahab, Abdulgani Farida M. Uda, dan M. Asro yang dipimpin sendiri oleh
ketua PP IPNU M. Tolchah Mansoer. Sidang gabungan Muslimat – Fatayat memutuskan
bahwa harus ada wadah serupa IPNU untuk pelajar dan satri putri. Inilah cikal bakal
IPPNU.
28 Februari – 5 Maret 1955 (Malang,
Jawa Timur) – Muktamar Pertama IPNU – IPNU telah meluas
hingga Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat,
Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur dan DKI Jakarta. Muktamar
diikuti lebih dari 30 cabang dan undangan dari beberapa
pesantren. Dihadiri oleh Presiden RI Ir. Soekarno, Wakil Perdana Menteri
Zainul Arifin, Menteri Agama RI KH. Masykur. Sedangkan dari jajaran PBNU hadir
Rois ‘Aam NU KH Abdulwahab Chasbullah, Ketua Umum Partai NU KH Dahlan, Ketua
Umum PB Maarif NU KH Syukri Ghozali.
1 – 4 Januari 1957 (Pekalongan)
– Muktamar II IPNU – Pada muktamar kali ini diadakan berbagai
lomba, seperti sepakbola, bulutangksi, catur dll. Menghasilkan beberapa
keputusan. Tolhah Mansur kembali terpilih sebagai ketua umum.
27 – 31 Desember 1958 (Cirebon)
– Muktamar III IPNU – Semangat kritisme peserta Muktamar mulai
muncul dengan banyaknya usulan yang muncul. POR dilaksanakan secara resmi
dengan peserta 57 cabang. Tolhah Mansur terpilih kembali sebagai ketua umum.
Mendirikan Departemen Perguruan Tinggi. Yang tidak kalah penting adalah
munculnya amanat Muktamar tentang penyusunan Mukadimah AD/ART IPNU.
16 Oktober 1959 – Mukadimah AD /
ART IPNU berhasil disusun.
11 – 14 Februari 1961 (Yogyakarta)
– Muktamar IV IPNU – Menghapus departemen perguruan tinggi
karena sudah ada PMII. Istilah Muktamar di ganti menjadi Kongres. Perubahan
istilah AD/ART (Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga) menjadi PD/PRT
(Peraturan Dasar / Peraturan Rumah Tangga). Ismail Makky dari
Yogyakarta terpilih sebagai ketua umum.
25 – 31 Oktober 1964
(Pekalongan) – Konferensi Besar Pekalongan – Dikenal
dengan Doktrin Pekalongan yang isinya sebuah ekspresi
kesadaran IPNU untuk terus berusaha melakukan langkah langkah kongkrit aktualisasi
perjuangan menuju cita cita Nahdlatul Ulama. Menegaskan kepemihakan IPNU kepada
Pancasila, mengalahkan manifesto komunis maupun Declaration of
Independence. Dari Doktrin pekalongan inilah yang kemudian mendorong
berdirinya Corp Brigade Pembangunan (CBP) pada tahun 1965
Juli 1965 (Pekalongan) – Kongres
V IPNU – Asnawi Latif terpilih sebagai ketua umum.
Ikrar organisasi bahwa nama ‘Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ tidak akan dirubah
selamanya. Hal ini untuk menguhkan ‘NU’ pada organisasi IPNU karena adanya
gagasan untuk menghilangkan akronim ‘NU’ pada ‘IPNU’. Kongres ini juga
menghasilkan ekomendasi KH. Hasyim Asy’ari untuk diangkat sebagai Pahlawan
Nasional
20 – 24 Agustus 1966 (Surabaya)
– Kongres VI IPNU – Deklarasi IPNU sebagai banom Partai Nahdlatul
Ulama, artinya sejak saat itu IPNU berposisi sejajar dengan GP Ansor, Muslimat
dan Fatayat. Keputusan lainnya adalah memindahkan kantor pusat IPNU dari
Yogyakarta ke Jakarta.
20- 25 Agustus 1970 (Semarang) –
Kongres VII IPNU – Selain berbagai keputusan internal
kongres juga memberikan respon politik terhadap Orde Baru yang menunjukkan
watak otoriter yang birokratiknya kongres ini juga mengkritisi militerisme
desakan menaikkan anggaran pendidikan sampai 75 % dalam APBN
26-30 desember 1976 (Jakarta) – Kongres
VIII IPNU – Pelaksanaan kongres terlambat sebagai impli- kasi
penjinakan yang dilakukan oleh orde baru, selain penyempurnaan PD/PRT dan
perumusan program kerja pada kongres ini juga dibangun aliansi setrategis antar
pelajar. Tosari Wijaya terpilih sebagai ketua umum.
20-25 Januari 1981 (Cirebon) – Kongres
IX IPNU – Kongres ini menghasilkan berbagai keputusan penting
menyangkut pola program organisasi, penguatan pelatihan, pengesahan pedoman
pegkaderan dan sebagainya. Ahsin Zaidi terpilih sebagai
ketua umum.
29-31 Januari 1988 (Jombang) – Kongres
X IPNU – Kongres ini mencatat sejarah penting yaitu mengubah
singkatan ‘Pelajar’ pada akronim ‘P’ menjadi Ikatan ‘Putra’ Nahdlatul
Ulama, langkah ini diambil sebagai upaya untuk menyesuaikan UU no.8 1985 tentang
keormasan, melalui undang undang itu pemerintah melarang keberadaan organisasi
pelajar kecuali OSIS. Zainut Tauhid Sa’ady terpilih
sebagai ketua umum.
23 – 27 Desember 1991 (Lasem,
Rembang) – Kongres XI IPNU – Zainut Tauhid Sa’ady
terpilih kembali sebagai ketua umum. Penegasan pelaksanaan kegiatan IPNU
di tingkat nasional tanpa keterikatan dengan IPPNU.
25 – 30 Januari 1995 (Garut,
Jawa Barat) – Kongres XII IPNU – Hilmy
Muhammadiyah terpilih sebagai ketua umum. Kebijakan yang
dihasilkan : Bahwa IPNU sebagai organisasi kader bertekad mendukung kebijakan
NU sebagai organisasi Induk dalam upaya pengembangan organisasi kedepan
23 – 26 Maret 2000 (Maros,
Makasar, Sulsel) – Kongres XIII IPNU – Abdullah
Azwar Anas terpilih sebagai ketua umum. Kebijakan yang dihasilkan
: 1. Mengembalikan IPNU pada visi kepelajaran, sebagaimana tujuan awal
pendiriannya; 2. Menumbuh kembangkan IPNU pada basis perjuangan, yaitu sekolah
dan pondok pesantren; 3. Mengembalikan CBP sebagai kelompok kedisiplinan,
kepanduan serta kepencita-alaman.
18 – 22 Juni 2003 (Sukolilo,
Surabaya) – Kongres XIV IPNU – Mujtahidur Ridho
terpilih sebagai ketua umum. kebijakan yang dihasilkan a.l. : 1. Perubahan nama
dari IPNU (Ikatan Putra Nahdlatul Ulama’) menjadi IPNU (Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama’); 2. Penekanan pada visi kepelajaran sebagaimana tujuan awal
berdirinya; 3. Pengembangan Komisariat-Komisariat di Sekolah dan pondok
pesantren dan perguruan tinggi.
9-12 Juli 2006 (Jakarta) – Kongres
XV IPNU – Terpilih sebagai ketua umum Idy Muzayad. Keputusan
– keputusan penting dalam kongres ini adalah upaya mengakhiri masa transisi
dari putra ke pelajar sesungguhnya. Mengubah Citra diri IPNu menjadi Prinsip
prinsip perjuangan IPNU ( P2 IPNU ).
19-22 Juni 2009 (Brebes, Jawa
Tengah) – Kongres XVI IPNU – Ahmad Syauqi
terpilih sebagai ketua umum. Pada pasal keanggotaan ditambah
dengan Anggota kehormatan, yaitu orang yang berjasa kepada organisasi.
30 November – 4 Desember 2012
(Palembang) – Kongres XVII IPNU – Khairul Anam Harisah
terpilih sebagai ketua umum.
4 – 8 Desember 2015 (Boyolali,
Jawa Tengah) – Kongres XVIII IPNU – Terpilih sebagai ketua
umum Asep Irfan Mujahid. Sesuai amanat muktamar ke 33 NU,
usia maksimal IPNU diturunkan dari 29 menjadi 27 tahun. Penguatan dan penyiapan
PKPT (Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi).
Sekian Sedikit Sejarah Tentang I.P.N.U
No comments:
Post a Comment